Bulan
Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Tak terkecuali bagi anak-anak.
Mereka kadang lebih gembira dibanding dengan kita-kita yang orang
dewasa. kalau boleh kita mengingat masa kecil, memang banyak hal yang
melatari kegembiraan bulan Ramadhan di waktu kanak-kanak.
Sebut saja
misalnya petasan.Meski seringkali letupannya dianggap mengganggu, namun
Ramadhan tanpa petasan terasa kurang meriah bagi bocah-bocah terutama
yang laki-laki. Bukan berarti saya mendukung petasan dijadikan budaya
disaat bulan puasa. hal lain yang menjadi daya tarik kanak-kanak di
bulan ke 9 dalam tahun hijriah ini adalah penganan. Bukan rahasia lagi,
jika makanan di saat berbuka puasa disedia para ibu dengan sangat
bervariasi. dari mulai yang beraneka rasa, warna, sajian. Ada pula yang
menampilkannya dalam berbagai bentuk sepertiirisan buah berbentuk hewan
atau hati, dsb. Agar anak-anak termotivasi dalam melaksanakan ibadah
puasa katanya. Sementara bagi kanak-kanak perempuanbulan puasa cukup identik dengan permainan "rumah-rumahan" mereka bersama-sama bermain peran menjadi orang dewasa atau anak-anak dalam sebuah keluarga atau masyarakat.asyiknya mereka bermain dengan berbagai properti dan boneka-boneka sebagai tools utama.
Jika lelaki dan perempuan bermain bersama. bisa dipastikan alat yang mereka gunakan adalah permainan kelompok seperti halma, ludo, ular tangga, scrable atau monopoli. Namun itu kebiasaan kita dulu. kanak-kanak sekarang memang lebih asyik bermain PS, PC Game, mendengarkan MP3 atau nonton tv dan film. Inti sama, ngabuburit alias menunggu waktu berbuka puasa.kegembiraan lain saat bulan puasa adalah dapat "bermain" dengan teman-teman di malam hari dengan tujuan utama, sebenarnya ingin sholat tarawih di masjid atau musholla. Kalau tidak cerdik,bukan anak-anak namanya, begitu semboyan mereka. alhasil riuh rendah suasana masjid dan musholla dibuatnya. Bagi sebagian anak-anak di beberapa wilayah, Ramadhan menjadi lebih seru karena dapat menabuh beduk atau tetabuhan (apa saja yang bisa dipukul untuk mengeluarkan bebunyian) lainnya terutamadisaat makan sahur. Pokoknya bulan puasa adalah sebuah pengalaman yang mengasyikkan gumam mereka. Tentu dengan versi dan pemahaman mereka.
Masih seputar anak-anak. Bulan puasa seringkali dijadikan tolok ukur kesuksesan sebuah keluarga membina anak-anaknya. Kita senang sekali menanyakan kepada anak-anak di sekitar rumah, keponakan dan famili lainnya. (dengan berbagai kata tanya sesuai kebiasaan setempat) sudah batal belum ? sudah kalah belum ? sudah bolong belum ? dsb. Di satu sisi kita dengan bangga menyatakan kepada tetangga dan saudara bahwa anak-anak kita berhasil, pol (full), menang dan sebutan lainnya, manakala mereka melaksanakan puasa selama sebulan penuh. Semakin belia usia anak-anak mampu melaksanakan puasa semakin bangga ke dua orang tuanya, atau sebaliknya.
Mulai pekan ke dua di bulan Ramadhan, kita akan banyak menemui anak-anak yang lalu lalang di mall-mall atau departemen store. Betul, mereka baik secara berkelompok atau bersama dengan orang tua, bersiap-siap menghadapi hari raya dengan berbelanja pakaian lebaran dan sedikit penganan atau parsel.
Akhir bulan Ramadhan semakin lengkap kegembiraan anak-anak. Aneka kue dan sirup telah disiapkan oleh orang tua mereka. Ada pula yang asyik ikut membuat kue bersama ibu dan bibi hingga menjelang lebaran. Puncaknya adalah malam takbiran. Gema Takbir yang mengumandang percikan cahaya kembang api dan bayangan menggenakan pakaian baru serta mendapat "uang gembira" menjadi kesempurnaan nikmatnya Ramadhan dari masa ke masa. Tinggal bagaimana kita sebagai orang tua, untuk mengawal mereka "memaknai" setiap "kegembiraan" selama bulan suci Ramadhan nan indah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar